![]() |
Ilustrasi PNS |
kabarjambi – PNS Berseragam, sepatu disemir hitam mengkilat, rambut disisir rapi, gaya bicara sok ilmiah, setiap bulan dapat gaji yang cukup untuk membuat lebih ‘wah’ dari dengan tetangganya yang mayoritas para petani dan setelah tua duduk dikursi malas ditopang dana pensiunan.
Begitulah kira kira gambaran umum PNS (Pegawai Negeri Sipil) style di kampung kami.
Di kampung kami PNS seperti emas berkilauan, jika masih bujang biarpun tampangnya na’udzubillah, banyak orang tua mengantrikan anak gadisnya untuk disunting. Katanya jadi istri PNS itu enak, gak perlu susah susah ‘tandur-matun’ disawah.
Lain lagi jika anak gadisnya di lamar pemuda santri pondok pesantren yang belum punya pekerjaan tetap.
Katanya ” anakku opo arep kok pakani bothok nahwu lalap tajwid? ( anakku apa mau kamu kasih makan bothok nahwu dan lalapan tajwid?)”
Menyakitkan sekali! Ingin sekali ku timpali ” La koe gelem piye tak gorengne kenthongan mesjid?! ( La kamu mau kah saya kasih makan kenthongan masjid goreng?!).
Tapi untuk menjadi PNS di kampung kami butuh biaya berpuluh bahkan ratus juta.
Parto ( bukan nama sebenarnya (bks) ) harus bayar 125 juta untuk jadi guru SMP PNS. Warto (bks) harus bayar 36 juta sebagai PNS di PDAM kecamatan dan parjo (bks) bayar 60 juta untuk PNS di Puskesmas.
Dan masih banyak lagi.
Kebanyakan dari mereka menjual sawahnya untuk membeli gaji bulanan dan pensiunan. Entah saya kok ‘mangkel’ sekali jika ada petani yang menjual sawahnya.
Saya tidak tahu dan tak mau tahu berapa gaji mereka tiap bulanya. Yang ada di fikiranku yang kadang kadang sok tahu , apa ini tidak masuk dalam kategori nyogok? ( Termasuk KKN, kata KPK di televisi )
Kalau Pak Luthfi harus terima dipenjara dan di caci maki oleh rakyat indonesia karena suap daging sapi, tapi kok suap PNS masih lancar terus dari dulu sampai sekarang, gak pernah masuk televisi dan portal berita?
Apakah uang itu memang untuk negara? atau memang KPK pura pura goblog? atau saya yang benar benar goblog jika untuk PNS di indonesia memang harus ongkos beratus juta.
Yang jelas anda para kompasianer pandai pandai semua.
Lagi, saya mempertanyakan kridebilitas para PNS di kampung saya. Ada seorang teman sekolah saya yang ( maaf ) bodohnya minta ampun, sekarang malah jadi guru SD.
Kok bisa ya? UN SMA dulu gak lulus, giliran ujian PNS kok lulus?
Saya tiba tiba jadi mikir ” waduh horor ini, jika nanti punya anak, masak saya sekolahkan disitu?”
Satul lagi kejadian kecil di warung kemarin yang bikin saya kecut.
Sewaktu saya ngopi diwarung dekat SMP negeri kampungku,ada beberapa guru SMP disitu, sambil ngobrol ngalor ngidul saya baca baca postingan di kompasiana. Tiba tiba Pak Edo (bks) mendekati saya dan tanya ; “ada barang baru mas?” ( yang di maksud video bokep ). Saya jawab “tidak ada”,
dia bilang ; ” download dong mas kan X* (nama operator sim card) gratis”
saya jawab ; “nanti dulu aku masih baca berita tentang anas dan andrea hirata, menarik nih” saya memancing obrolan yang ‘ nasional ‘ sambil melirik guru lainya.
Eh malah kena olok olok ” oalah mas, kaya gitu kok kamu urusin! kaya orang penting aja! yang penting tiap hari bisa ngopi dan mulut bisa ngebul!”
berlanjut olok olokan dari guru lain dan orang orang yang ada di warung.
Saya cuma senyum senyum kecut.
” Asu tenan! “, umpatku dalam hati.
Pada bulan puasa kemaren, saya dalam perjalanan pulang dari salah satu kota. Karena semalam gak sahur kepala saya pusing. Sampai di kecamatan kampung sudah lepas dhuhur , saya putuskan untuk buka lebih awal. Saya cari warung di samping kecamatan. Begitu masuk, saya melihat empat pegawai kecamatan berseragam dan beberapa guru yang berseragam batik sedang karaokean di dalam warung, piring makan dan gelas es di atas meja, ada ceweknya lagi! Saya tahu mereka muslim, dari nama nama di dadanya, lagian dikampung kami cuma beberapa orang saja nonmuslimnya.
Saya tidak jadi pesan makan, entah kenapa tiba tiba saya malu sekali dan tidak selera makan.Saya cuma pesan es kelapa saja untuk memulihkan kondisi badan selama perjalan, kuminum lekas lekas lalu pulang.
Ya, PNS adalah jaminan hidup nyaman di kampung kami. Apalagi guru, orang kampung masih sangat menghormati para guru, biar muda, bodoh, tampangnya jelek sekalipun. Bagi kami guru itu di gugu dan ditiru , tolong dong bagi para guru, khusus guru di kampung kami, jangan ajari anak anak kami kencing berlari.
Tulisan ini bukan karena saya syirik pada PNS, juga bukan dendam pribadi karena gadis idaman saya lebih memilih menikahi PNS.
Tulisan ini lahir karena kepedulian kami, para anak petani pada lingkungan, masyarakat, agama dan negara.
Salam santun.